"Sepertiga malam adalah waktu paling tepat untuk berpikir."
Maka dari itu kali ini gue akan coba menulis agak serius.
Baiklah, here we go..
***
Berpikir tentang esensi bahagia, sebagian orang akan merasa bahagia bila mencapai suatu achievment tertentu; misalnya punya pacar (maaf, tidak bermaksud menyindir anda), istri (sekali lagi maaf), atau keluaraga (maaf), menyelesaikan suatu game, atau meraih jabatan dalam karir, atau jadi orang sukses, misalnya.
Katanya, kebahagiaan tidak didapat dari apapun. Kebahagiaan sudah ada. Hanya saja trigger atau stimulan untuk memunculkan ke permukaan pikiran itu yang tiap orang berbeda-beda, ada yang bahagia setelah ini, itu dan apa. Saya sendiri bisa memunculkan bahagia disetiap momen tanpa perlu trigger. Kalian juga pasti bisa. Ini sulit dimengerti memang (saya pun demikian). Saya tidak pandai menjelaskannya juga tapi begitulah.
Berbeda dengan marah atau kesal, emosi tersebut butuh trigger. Kalau anda tiba tiba marah tanpa trigger. Bisa jadi itu mental disorder. Marah dan bahagia tidak bisa muncul bersamaan. Berbeda dengan emosi lain yang bisa muncul bersama. Seperti contohnya sedih dan bahagia yang muncul bersamaan = terharu.
"Jadi intinya, jika anda marah anda tidak bisa merasakan bahagia yang sebenarnya."
Tapi saya sering kesal karena kebanyakan menganalisis, mengamati ini dan itu yang tidak berjalan sesuai flowchart yang sudah saya rancang sebelumnya. Hal itu menyebabkan marah sehingga porsi bahagia berkurang. Maka dari itu agamamu memerintahkan untuk bersabar. Ini mungkin menjadi hal tersulit di dunia (setidaknya bagi saya). Dan barangsiapa yang bisa bersabar maka nikmat surgawi untuknya.Superb sekali.
"Melatih kesabaran diantara tingkah pola masyarakat kita yang pongah memang sulit."
Saya terlalu banyak berpikir dan mengamati. Saya tau yang benar dan salah. Tau kalo sedang berbuat salah dan konsekuensinya apa, saya aware akan hal tersebut. Namun, hidup ini adalah flowchart. Setiap pilihan benar atau salah akan membawa ke plot selanjutnya, dan tidak bisa mengulang. Karena kita tidak bisa mengulang, sama halnya seperti sebuah sistem dalam video game dimana ada sistem save dan load data maupun checkpoint; Jadi, melakukan eksperimen di real life dengan berbuat salah akan membawa ke pengalaman-pengalaman baru yang beresiko tinggi, Akan ada 2 alternatif output yang akan didapat dari eksperimen tersebut:
A. Menjadi seorang master.
B. Game over. No restart.
Mari kita coba visualisasikan, ceritanya kita lagi nyobain kehidupan sesat cuma untuk dapat ilmunya (yang tentu saja) untuk mengatasi kehidupan (sesat) tersebut. Bisa jadi kita terbuai oleh kehidupan sesat itu dan game over tanpa sempat
Apa pilihan anda? mencoba menjadi master (walaupun harus berkali-kali mengulang dari checkpoint)? atau menyerah, game over?
Kenapa tidak ambil aman saja dengan mengikuti pola hidup seperti orang normal?
Seperti yang saya paparkan sebelumnya bahwa plot hidup adalah flowchart dimana setiap pilihan akan menentukan output berbeda. Jika saya ambil jalan yang sama dengan orang normal maka hasilnya bisa ditebak seperti apa. Itu membosankan (setidaknya) bagi seorang yang curious ini.
Semua kembali pada pilihan yang anda pilih: menamatkan game dan menjadi seorang master (tentu saja untuk mecapai kebahagiaan sebagai achievment-nya), atau menjadi seorang loser (game over) ?
***
I dont even know what im talking about.
Kalau tidak mengerti acungkan tangan.
*acung tangan*
***
tak perlu risau, anda masih dinyatakan sehat secara medis meskipun tidak dapat memahami secara sistematis dari paparan saya diatas.
Toko Mesin Murah · Jual Mesin · Susu Listrik · Portal Belanja Mesin Makanan, Pertanian, Peternakan & UKM · CP 0852-576-888-55 / 0856-0828-5927
BalasHapusHalo kak, artikelnya menarik dan menginspirasi cek website kami juga kak Harga Filter Air Kuning
BalasHapus