Belakangan berita Path yang mendapatkan investasi dari grup bakrie ramai diperbincangkan remaja tanggung yg (sok) khawatir apakah bakal jadi media kampanye dari ARB. Bukan. Bukan itu yg mau gue bahas kali ini, tapi sensasi lain dari Path.
Beda media sosial beda juga jenis-jenis postingannya. hal ini terjadi karena fitur-fitur yg diberikannya juga beda-beda. Nah, salah satu medsos yang lagi happening di kalangan kawula trendi adalah Path. Semua orang jadi kayak babi yang suka ngambil-ngambilin uang. Ngepet alias NgePath.
Biasanya anak-anak yang main Path adalah mereka yang bosen sama Twitter, males sama Facebook yang udah kebanyakan online shop, dan biasa aja sama Instagram. Salah satu kelebihan Path yang disukai adalah privasinya. Ya, di Path temen kita dibatasi cuma 150 orang.
Sebagai masyarakat internet gue juga sekelebatan tertarik terhadap tingkah laku pengguna Path, social media dengan konsep yang lebih privasi. Yakni kita hanya bisa menambah akun teman sampai 150 orang saja dan untuk melihat posting Path kita, haruslah orang yang sudah berteman di Path saja. Jadi apa yang di posting di Path adalah hal yang eksklusif dan bersifat pribadi. Namun pengecualian jika seseorang tersebut juga menshare ke akun sosial lainnya seperti twitter dan facebook. Jadi semua orang bisa melihat satu post yang di share di jejaring sosial lainnya. Bukankah hal itu termasuk hal yang tidak berguna? Bukankah lebih praktis apabila kita cukup mensharenya di twitter saja, atau di facebook saja biar gak perlu klik link yang muncul untuk membaca posting tersebut? Ayolah, memangnya siapa yang mau repot-repot ngeklik link untuk membaca sesuatu yang hanya beberapa frasa atau kalimat saja? (yang mungkin tidak penting banget) DAN BUKANKAH ITU PEMBOROSAN WAKTU DAN KUOTA INTERNET? Aneh ya orang Indonesia memang ada-ada saja.
Tapi bukan itu maksud gue menulis
posting Sensasi ngePath ini. Selain pemborosan di atas, beberapa pengguna
Path juga merasa superior, merasa fancy dan bergengsi kalau dia telah
memposting sesuatu yang update di akun Pathnya kemudian di share di
twitter. Misal, mau nonton konser, di Path dahulu tiketnya. Mau nonton
Film, di Path dahulu judul filmnya. Mau dengerin musikpun begitu biar
semua orang pada tau apa yang sedang dia dengarkan. Mau bera jangan lupa
check-in dulu di ‘helikopter’ terdekat. Kalo makan di restoran mahal
sayang banget kalo tidak pamer upload foto makanannya di Path. Mau tidur
pencet sleep di Path, bangun jangan lupa pencet wake dulu biar pada tau
kalau dia belum mati alias gak bangun-bangun, hhe. Kalau ada orang
kelaparan di jalanan biasanya juga mereka memfoto terlebih dahulu
kemudian di upload di Path untuk mendapatkan banyak love (sama seperti
istilah like di FB) mungkin dengan banyak-banyakan love orang tadi bisa
langsung tiba-tiba kenyang, syukur-syukur kalau ngasih sedekah
setelahnya :)
(saya tambahin emoticon senyum biar terkesan bijak)
"Sungguh sangat prestisius sekali kita bisa memposting sekelebatan di Path melalui ponsel android made in cina masing-masing."
Tidak hanya itu, post Path biasanya akan
menimbulkan sensasi apabila di screenshot kemudian di retweet oleh
selebtweet dan akan menjadi trending topic di twitter. Sungguh ironi karena Path adalah social media yang
bersifat privacy tapi penggunanya tidak tahu sopan santun memposting
ulang (me re-path, istilahnya) pada jejaring sosial lain yang sifatnya
worldwide. Ibaratnya kamu diceritakan suatu rahasia namun sekelebatan
kemudian kamu menceritakannya di depan umum sembari berteriak. Sungguh
tidak tahu malu mereka diantara 150 teman beruntung tersebut yang telah
me-repath. (atau memang semua penggunanya seperti itu saya juga kurang paham,
yang saya lihat kalau ada sesuatu ramai biasanya berasal dari Path).
Dan
begitulah sensasi ngePath dimulai.
Sekian, tidak perlu panjang-panjang,
namanya juga sekelebatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar