Belakang ini gw mulai jenuh dengan aktifitas di kantor. Kerjaan di kantor yang monoton, belum lagi jam pulang kantor yg mendekati maghrib. Capek sih? enggak. Jenuh? Mungkin. Waktu luang pun rasa-rasanya semakin sempit (tentu saja maksud gw diluar hari libur).
Sebenarnya gw bukannya gak ada kerjaan. Ada sih, malah rasanya seperti kerjaan gak ada abis-abisnya, selesai satu datang yg lain. Tapi karena memang gak ada dead-line-nya, jadinya malah dibawa santai. Ditambah lagi dengan teman seruangan yang juga boleh jadi sedikit sama pemalasnya dengan gw. Jadilah kami -sepertinya jadi gak fair kalo tetap menggunakan kata ganti orang pertama- sehari-hari hanya browsing di kantor, sambil sesekali mengerjakan sisa pekerjaan.
Tiba-tiba sejenak gw berpikir ditengah kerjaan -mungkin lebih tepat disebut "kejaran"- tersebut, berikut kurang lebih pergulatan yg terjadi dalam pikiran gw:
buat apa saya bekerja keras ya kalau tidak menikmati hasil?
semacam kehilangan passion?
fuck this shit. (artinya apaan gw juga gak terlalu faham, namun nampaknya biar terkesan edgy nan fancy)
"saya senang-senang dulu lah. menikmati kehidupan no life"
begitu pikir saya.
lagian saya juga tidak terlalu takut akan kehilangan pekerjaan (secara PNS lebih kecil resikonya dari ancaman-ancaman pemecatan).
Tapi ditengah buaian kenikmatan nan menyesatkan tersebut, saya kembali ternohok oleh kutipan aagym.
Ketahuilah setiap waktu sudah ada beban tersendiri yang harus ditunaikan
— Abdullah Gymnastiar (@aagym) December 24, 2013
Sehingga bila kita menunda pada waktunya dijamin akan jadi beban untuk waktu yang lain
— Abdullah Gymnastiar (@aagym) December 24, 2013
Cukup membuka pemikiran saya. Saya merasakannya saat ini, mau kembali kerja tapi beban sudah menggunung merasalah tidak mampu mengerjakannya (bagian ini sepertinya terlalu di dramatisir), tapi kalau ingat tujuan akhir saya, sepertinya ujian real life emang gak bisa di skip. mau gak mau ujung-ujungnya memang harus berhadapan. #hvft. jadi sekarang muncul masalah baru... adalah saya butuh tambahan dukungan Mulai merasa tulisan saya semakin susah dicerna? pun begitu bagi saya. Gak ngerti lagi arah tujuan tulisan ini mau kemana (haha). Marilah segera kita akhiri saja.
Yah, pokoknya dari tadi saya cuma ingin bilang tunaikanlah dulu urusan real life sebelum meuju kenikmatan no life. begitulah.
Sebagai penutup dari saya:
"Untuk menikmati kehidupan no life, kita harus menyelesaikan masalah real life terlebih dahulu."
Sekian curahan dari sekelebat pikiran-pikiran yang mengganggu gw belakangan ini.
semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar