“Apakah seorang bapak lebih pintar dari anak laki-lakinya?” Tanya seorang anak gadis kepada bapaknya di suatu kala di Inggris sana.
“Ya” Kata bapak dari anak itu.
Anak kecil yang gemesin itu pun bertanya lagi, “Lalu siapa yang menemukan mesin uap?”
Dan sang bapak menjawab, “James Watt.”
Dan kemudian sang anak bertanya kembali, “—tapi kenapa bukan bapaknya James Watt yang menemukan mesin uap?”
===
===
Cerita tadi gue ambil dari percakapan seorang anak perempuan dan bapaknya, sebagaimana ditulis dengan ciamik oleh Gregory Bateson, seorang ekolog, antropolog, psikolog, ahli sibernetika, kelahiran Inggris, 1904. Ayahnya bernama William Bateson, seorang ahli biologi ternama, sekaligus seorang profesor genetika pertama di dunia.
===
Dialog anak dan bapak itu dimulai dengan pertanyaan sang anak perempuan ke bapaknya: “Ayah, berapa banyak hal yang kau ketahui?”
Kembali lagi ke soal James Watt. Sang anak perempuan menanggapi cerita itu dengan berkata, “Aku tahu. Aku tahu lebih banyak ketimbang anak laki-laki itu, karena aku tahu kenapa bapaknya James Watt tidak menemukan mesin uap. Itu karena seseorang lain harus memikirkan sesuatu yang lain sebelum siapapun bisa membuat mesin uap. Maksudku, itu semacam–aku tidak tahu–ada seorang yang harus menemukan minyak atau oli sebelum siapapun bisa membuat sebuah mesin.”
Ya, itulah perbedaannya, demikian kata sang bapak dari anak perempuan itu. Pengetahuan itu saling menjalin satu sama lain, seperti rajutan pakaian…
===
Percakapan di atas adalah satu dari sekian percakapan yang ada di buku Steps to an Ecology of Mind karya Bateson. Penulis yang juga disebut-sebut oleh F. Capra di dalam beberapa bukunya ini menyebut percakapan tersebut metalog. Menurutnya, metalog adalah sebuah percakapan mengenai sejumlah persoalan yang problematis.
Gimana? Sudah cukup problematis kan?
Ah ngomongin apaan sih gue.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar