Blog Seadanya

Sekelebat Catatan Dari Kelas Proletar Iseng

  • Beranda
  • Profil
  • Tautan
    • Surel
    • Kontak
      • Fakebook
      • Tweetar
      • Jiples
      • Lingkedin
    • Referensi
      • e-Book
      • WikiBuku
      • Movie
      • Comic
      • Manga
      • Anime
    • Web Proxy
"Your Name" dengan Kearifan Lokal

Makoto Shinkai adalah salah satu sutradara yang saya rekomendasikan (sutradara favorit saya lainnya adalah Hayao Miyazaki, Hideaki Anno, dan Mamoru Hosoda - go check their work!). Mengapa? Menonton karya-karya Makoto Shinkai dengan studio Comix Wave-nya, berarti kamu harus bersiap berhadapan dengan tiga hal penting. Pertama, anime dua dimensi dengan kualitas teknis memukau yang meliputi pemilihan warna serta artistik luar biadab. Kedua, narasi yang akan membuatmu baper maksimal dan Ketiga, pemilihan soundtrack yang mantab.


Faktanya memang tidak semua karya sineas yang sempat dijuluki The New Miyazaki ini berakhir dengan kepuasan yang sama, tetapi setelah apa yang dilakukannya (secara jahat) dalam 5 Centimeters Per Second dan The Garden of Words yang sudah memporak porandakan hati dengan kegalauan luar binasa, jadi tentu saja selalu ada harapan besar di setiap animasi terbarunya, tidak terkecuali dengan Your Name yang percaya atau tidak, menjadi salah satu film terlaris di Jepang sana untuk tahun ini.


Anime yang berjudul Kimi no Na wa atau Your Name merupakan salah satu karya source original yang ke empat sutradara Makoto Shinkai. Seperti garapan anime sebelumnya: 5 Centimeters Per Second (2007), The Place Promised in Our Early Days (2004) dan The Garden of Words (2013),  Makoto Shinkai bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis ceritanya.


Kimi no Na wa bercerita seputar kehidupan seorang gadis bernama Mitsuha Miyamizu dan seorang anak lelaki bernama Taki Tachibana. Mitsuha adalah anak dari desa sementara Taki tinggal di tengah kota Tokyo. Terkadang mereka bermimpi seperti sedang bertukar jiwa, tetapi lama-kelamaan mimpi itu terasa semakin nyata. Saat mereka sadar bahwa mereka berdua tidak bermimpi, mereka mulai membuat buku harian untuk melaporkan kejadian yang mereka alami saat bertukar tempat. Suatu hari, fenomena pertukaran ini pun tersebut berhenti. Perasaan resah dan cinta yang timbul di dalam hati membuat mereka berusaha mencari keberadaan satu sama lain. Your Name mengehembuskan aroma romansa-fantasi yang kental. Cerita tentang dua anak manusia yang terpisah jarak ratusan kilomenter namun disatukan dalam sebuah keajaiban dan fenomena komet langka. Mitsuha adalah siswi SMU dari desa kecil Itomori dan Taki dari Tokyo yang suatu hari terbangun dari tidurnya dengan tubuh tertukar. Mitshua menjadi Taki dan sebaliknya. Dari sini premis body swap-nya terasa familiar, ya cerita dengan premis serupa sudah sering kita jumpai, tetapi dalam perjalanannya, Your Name punya twist melibatkan elemen ruang dan waktu yang kemudian membuat segalanya berubah tak terduga.


Meteor, dua karakternya yang saling curhat serta, opening credit bersama balutan soundtrack enerjik Kimi no Na wa dari RADWIMPS yang juga menjadi judulnya, Your Name memulainya dengan sedikit acak, butuh beberapa waktu untuk kemudian bisa benar-benar menyatu. Shinkai mengajak kita berkenalan dengan Mitsuha dari distrik Itomori yang bermimpi untuk bisa pidah ke Tokyo karena bosan dengan rutinitas yang begitu-begitu saja. Dibuka dengan adegan Mitsuha yang tampak kebingungan dengan kondisi fisiknya, penonton kemudian di bawa berjalan-jalan di Itomori yang cantik lengkap dengan danau besar hasil benturan meteor di masa lalu. Dari sini perlahan Shinkai menguatkan karakter Mitsuha, melihat kehidupannya bersama adik dan neneknya sebelum nanti segmen Taki membuat premisnya menjadi lebih kuat.


Tentu saja selanjutnya menjadi lebih jelas dan lebih menarik. Melihat bagaimana kekacauan penuh keajaiban dan humor-humor kocak yang terjadi ketika Mitsuha dan Taki bertukar tubuh dan meninggalkan pesan buat masing-masing. Sebuah korespondensi aneh pun terjadi, membentuk relasi dan romansa tak biasa yang mampu menjadi daya tarik kuat Your Name. Dan ketika kita kemudian seperti sudah merasa nyaman dengan ceritanya, Shinkai kemudian memberikan twist hebat di pertengahan durasi yang membuat segalanya berbeda. Mulai di titik ini pergolakan emosi dimulai. Tone cerianya perlahan lenyap digantikan dengan nuansa lebih serius, kelam dan depresif namun sisi romantis dan magical-nya menjadi semakin menguat. Perjalanan Taki mencari jawaban tentang apa yang sebenarnya terjadi memberikan hentakan besar. Sebuah cerita cinta tentang keajaiban ruang dan waktu pun dimulai, ada rasa harap-harap cemas tentang apa yang terjadi selanjutnya yang kemudian ditutup dengan klimaks sentimentil dan ending kuat yang mengingatkan saya pada sensasi yang ada pada 5 Centimeters Per Second. Sensasi yang dijamin akan membuatmu menjadi baper maksimal.

 

Satu lagi mahakarya Makoto Shinkai setelah 5 Centimeters Per Second dan The Garden of Words. Your Name memberikan tontonan animasi romantis-fantasi yang tidak hanya cantik namun juga kuat di narasi yang bahkan sanggup mengoyak hatimu yang lemah.

0
Share

Sejak kecil, kita diajarkan untuk punya cita-cita. Pertanyaan yang biasa muncul dari kerabat maupun dari tetangga yg sok akrab adalah, “Kamu mau jadi apa, kalau sudah besar?” 

Anak muda jaman sekarang kalo ditanya cita-cita / pencapaian terbesarnya, mungkin ada yg jawabnya "ingin menjadi  menjadi viral". (apasih). ada juga yang jawabnya "ingin menjadi youtubers" , "ingin menjadi selebgram" , atau sekedar "ingin menjadi netizen budiman" . (apasih). atau ada lagi nih yang lebih aneh, "menjadi pembuat meme". bayangkan orang tua lo capek-capek buat anak, pas gede anaknya jadi pembuat meme. (apasih) 

Beda kalo dgn anak jaman dulu, Ada nih yg kalo ditanya cita-cita jawaban pamungkasnya ya kalau gak mau jadi dokter, jadi pilot, polisi, tentara, atau gak jadi bintang di hati kamu. (nggak kok, yg terakhir cuma becanda.) sekarang serius deh. 

Biasanya, kita dulu asal menjawab aja. Namun, ketika usia semakin dewasa, pertanyaan yang sama terus menggantung, “Kamu mau jadi apa?” Jika tidak bisa memberikan jawaban pasti, maka kita lalu merasa bersalah. Namun, kita tidak pernah diajarkan, bahwa penghalang terbesar dari segala mimpi kita di dalam hidup justru adalah diri kita sendiri, tepatnya adalah konsep kita tentang hidup kita. Karena hidup dengan ketegangan dan ambisi yang berapi-api, kita tidak mempunyai energi dan fokus yang dibutuhkan, guna mencapai keinginan tersebut. Akhirnya, kita pun memboikot diri kita sendiri, dan keinginan kita tidak akan pernah tercapai. Bisa dikatakan dengan lugas, bahwa musuh kita di dalam hidup adalah “konsep” kita tentang hidup itu sendiri, termasuk soal kebahagiaan, tujuan hidup, cinta dan sebagainya. Mengapa konsep menjadi halangan? Bukankah kita diajarkan untuk berpikir konseptual? Bukankah berpikir konseptual juga merupakan tanda dari kecerdasan?

Semua orang ingin hidup bahagia. Namun, hampir semua orang terjebak pada konsep tentang kebahagiaan, bahwa hidup yang bahagia itu harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang ada di kepalanya, yakni konsep kebahagiaan. Ia pun berusaha mewujudkan semua syarat-syarat itu dengan segala daya usaha. Ironisnya, ia tidak akan pernah bahagia, karena ia terjebak pada konsep tentang kebahagiaan. Kebahagiaan yang sejati bisa dicapai, jika kita melepas semua konsep kita tentang kebahagiaan. Ia bisa terjadi secara alamiah, ketika kita melepas semua pandangan kita tentang arti dari kebahagiaan. Kebahagiaan sebagai keadaan alamiah manusia memberikan ketenangan batin, apapun yang terjadi di sekitar kita. Bisa dibilang, ia adalah kebahagiaan tanpa “kebahagiaan”.


Hal yang sama berlaku untuk cinta. Semua orang mencari cinta. Coba dengarkan lagu-lagu di radio dan lihat film-film di TV maupun bioskop. Semua bercerita tentang cinta. Namun, kenyataannya, banyak orang tidak mendapatkan cinta dalam hidupnya. Mengapa? Nasib. (nggak kok, yg terakhir cuma becanda.) sekarang serius deh. 

Cinta yang sejati ada di depan mata kita. Fakta bahwa kita masih hidup, relatif sehat dan ada udara serta sinar matahari yang mengisi hidup kita adalah tanda cinta yang alamiah. Namun, kita buta dengan semua itu, karena kita terjebak pada konsep kita tentang cinta. Kita memaksa dan memacu diri untuk menjadikan konsep itu jadi kenyataan. Sebuah upaya sia-sia yang menghabiskan energi dan tak akan bisa mencapai tujuannya, yakni kebahagiaan. Pencarian kebahagiaan dan cinta dalam hidup biasanya tidak bisa dilepaskan dari pencarian akan Tuhan. Namun, sama dengan kebahagiaan dan cinta, kita tidak akan pernah menemukan Tuhan, karena kita terjebak pada konsep Tuhan yang kita terima dari luar, dan kemudian kita yakini secara buta. Tuhan bukanlah konsep. Ia tidak bisa dicapai dengan sekedar membaca konsep dari buku-buku. Justru, musuh utama dari orang-orang yang mencari Tuhan adalah konsep Tuhan itu sendiri.

Kita harus lepas dari tirani konsep. Kita harus belajar untuk “tidak melakukan apa-apa”. Hanya dengan begitu, kita bisa menjadi manusia alamiah, yakni manusia apa adanya. Ia tidak dibebani oleh ambisi menguasai dunia, menjadi sukses, menguasai orang lain, atau beragam ambisi lainnya. Ia hanya hidup dalam segala kepenuhannya, tanpa konsep, tanpa pikiran. Toh, sejatinya hidup ini hanya sebentar, penuh dengan ironi. Jadi, berhentilah berpikir soal hidup, dan mulailah hidup.
"pan, bangun pan. ngigo ya lo?"
0
Share

Nietzsche mengemukakan Ubermensch sebagai tujuan hidup manusia dalam karyanya Sparah Zarathustra, doi menulis:
Lihatlah, aku mengajarkan Ubermensch kepadamu.
Ubermensch adalah makna dunia ini.
Biarkanlah kehendakmu berseru.
Hendaknya Ubermensch menjadi makna dunia ini.
Oleh karena itu...
.
.
.
Aku sekarang narik Uber.

Cukup ya basa-basinya, hehe.

Sebelumnya gue mau kasih disclaimer, buat yang punya alergen Kierkegaard & Nietzsche ((kenal aja nggak)), mendingan ga usah baca postingan kali ini deh. karena gue mau bahas tentang beberapa (2 doang sih sebenernya) filsuf eksistensialisme. kenapa cuma 2? ya soalnya gue juga baru baca 2 tokoh itu aja, hehe.

eksistensialisme.
eksistensi. bagaimana manusia “meng-ada”, apa yang harus dilakukan, apa yang menjadi hambatan, apa yang menjadi pokok landasan untuk eksis, dan sebagainya. 

Yang pertama, Kierkegaard. Dia adalah stereotype filsuf. Mau tau kenapa?  Karena dia jadi filsuf karena penderitaan dan kesedihan yang dia alami dalam hidupnya. Bayangkan, dia kehilangan sodara-sodara kandungnya yang tadinya ada 7 bersaudara jadi cuman dia sama kakanya doang. plus ditambah sama kematian sang bunda yang menyebabkan si Kierkegaard jadi lose control of his own life.

Seperti orang-orang yang habis diputusin pasangannya. atau diputusin tali pusarnya. (perumpamaan doang) ya begitulah, sama aja sakitnya. intinya habis mengalami guncangan dalam kehidupannya, Kierkegaard juga nyari pelarian, cuma sayangnya, pelariannya adalah mabu-mabuan. Bahkan gara-gara hal ini, masyarakat Kopenhagen punya pepatah “jangan mau jadi seorang Soren”. (Soren adalah nama depan dari Kierkegaard.)

Momen paling mengharukan itu saat Kierkegaard nulis surat perpisahan buat Regina Olsen, perempuan paling dicintainya, tapi gak sanggup dia nikahi karena? maharnya kurang? bukan. sebenarnya karena gak mau si Regina jadi menderita kaya dia. (see? friendzoned sudah ada sedjak tempoe doeloe).
“Above all forget him who write this ; forgive a man who, though he may be capable of something, is not capable of making a girl happy”
Kierkegaard sendiri akhirnya menjadi filsuf religius sejak kematian sosok yang dikaguminya, Paul Moller. Kierkegaard yang jadi amat religius itu pun menulis: 
“God is the only who does not grow tired of listening to men” 
Bener banget kan?


Lanjut ke Nietzsche. Kalau ini sih kebalikannya Kierkegaard, gue rasa sih dianggep filsuf gara-gara penyakit megalomanianya & paranoia yang akut. Bayangin, dia sempet dirawat di RSJ gitu, cuma ibunya gak tega makanya dibawa pulang lagi deh si Om Nietzsche ini.

Nietzsche ini terkenal sama Dendang Zarathustra-nya yang fenomenal itu.

Intinya, si Nietzsche ini adalah sosok yang terang-terangan memproklamirkan dirinya sebagai sosok yang gak percaya sama Tuhan.
“Could it be possible? The old saint in the forest has not yet heard anything of this, that God is dead!”
Udah gitu, si Nietzsche ini juga bilang kalo landasan untuk menjadi ubermensch alias manusia unggul adalah kecerdasan, kekuatan dan kebanggaan. Herren-moral inilah yang bakal menjadi landasan si Adolf Hitler dengan Nazi-nya untuk menjadi diktator di Jerman.
“What is good?you ask. To be brave is good”
Nietzsche sangat mendorong manusia untuk berani dan keluar dari ketakutan-ketakutan yang selama ini mengungkungnya. Gue sih nangkepnya, mungkin latar belakang gereja di Eropa saat itu yang dikit-dikit ngelarang yang secara gak langsung mematikan kreativitas orang-orang lah yang bikin si Nietzsche ini jadi berfilsafat kaya gitu.
“I sat there waiting – waiting for nothing
Enjoying, beyond good and evil, now
The light, now the shade; there was only
The day, the lake, the noon time without end
Then, my friend, suddenly one became two,
And Zarathustra passed by me…”
0
Share
Malam & Hujan. membawa ketenangan, sebagai momen kembalinya manusia ke dalam dirinya yang resah. Manusia cenderung lebih melankolis ketika sendirian dan kesepian. 

Sebaliknya, Gue lg kepikiran soal tuhan, diri gue, jodoh, kapitalisme, kemiskinan, sosialisme sayap kiri, kesehatan, siksa kubur, rencana studi, makan, keluarga, sekaligus kepikiran soal ketiadaan, nihilism. Taik emang, absurditas maksimal. Tapi, gue pikir memang inilah hidup yang harus gue hidupi dan hadapi. Kita berargumen bukan buat mencari justifikasi baru, tapi cuman mau menawarkan kepekaan inderawi yang lain, yang lebih mengagumkan. 

Ya begitulah.

===

*sambil diiringi hujan & Laki-Laki Pemalu - nya ERK 

0
Share
"Pemikiran adalah bayang-bayang perasaan kita –selalu lebih gelap, lebih kosong, dan lebih sederhana."

Semenjak Galileo, dunia termatematisasi sedemikian rupa sehingga ada sejumlah kelompok yang mengatakan bahwa kenyataan tertata dan/atau tidak tertata secara matematis. Angka-angka bertaburan di segala bagian realitas, seperti kata Phytagoras. Agama dan Tuhan pun seringkali dibuktikan dengan upaya matematis atau dengan menggunakan sains fisika, kimia dan biologi.

Ada kelompok yang mengatakan angka-angka matematis hadir terlepas dari intervensi kesadaran kita. Ada pula yang berkata sebaliknya: bahwa angka-angka matematika, bagaimanapun, adalah konstruksi manusia dan karenanya selalu terpaut dengan adanya-manusia.

Menariknya, kemajuan sains, terutama misalnya astronomi (berikut derivatnya), bisa menaksir eksistensi realitas pra-manusia. Seperti misalnya, bahwa alam semesta sejauh ini diyakini berumur 13,5 milyar tahun lampau pasca-Big-Bang (Dentuman Besar).

Tololnya, orang tolol yang menulis tulisan ngawur ini pun tetap tak mengenali dirinya. Miris.

0
Share
“Apakah seorang bapak lebih pintar dari anak laki-lakinya?” Tanya seorang anak gadis kepada bapaknya di suatu kala di Inggris sana.

“Ya” Kata bapak dari anak itu.

Anak kecil yang gemesin itu pun bertanya lagi, “Lalu siapa yang menemukan mesin uap?”

Dan sang bapak menjawab, “James Watt.” 

Dan kemudian sang anak bertanya kembali, “—tapi kenapa bukan bapaknya James Watt yang menemukan mesin uap?”

===

Cerita tadi gue ambil dari percakapan seorang anak perempuan dan bapaknya, sebagaimana ditulis dengan ciamik oleh Gregory Bateson, seorang ekolog, antropolog, psikolog, ahli sibernetika, kelahiran Inggris, 1904. Ayahnya bernama William Bateson, seorang ahli biologi ternama, sekaligus seorang profesor genetika pertama di dunia.

===

Dialog anak dan bapak itu dimulai dengan pertanyaan sang anak perempuan ke bapaknya: “Ayah, berapa banyak hal yang kau ketahui?”

Kembali lagi ke soal James Watt. Sang anak perempuan menanggapi cerita itu dengan berkata, “Aku tahu. Aku tahu lebih banyak ketimbang anak laki-laki itu, karena aku tahu kenapa bapaknya James Watt tidak menemukan mesin uap. Itu karena seseorang lain harus memikirkan sesuatu yang lain sebelum siapapun bisa membuat mesin uap. Maksudku, itu semacam–aku tidak tahu–ada seorang yang harus menemukan minyak atau oli sebelum siapapun bisa membuat sebuah mesin.”

Ya, itulah perbedaannya, demikian kata sang bapak dari anak perempuan itu. Pengetahuan itu saling menjalin satu sama lain, seperti rajutan pakaian…

===

Percakapan di atas adalah satu dari sekian percakapan yang ada di buku Steps to an Ecology of Mind karya Bateson. Penulis yang juga disebut-sebut oleh F. Capra di dalam beberapa bukunya ini menyebut percakapan tersebut metalog. Menurutnya, metalog adalah sebuah percakapan mengenai sejumlah persoalan yang problematis.

Gimana? Sudah cukup problematis kan? 
Ah ngomongin apaan sih gue. 


0
Share
“Pada dasarnya, kita ini merasa kesepian. Kita begitu kesepian sehingga kita harus menemukan cinta sebagai kompensasi dari kengerian sepi”

0
Share
Apakah elang, in itself, disebut jahat apabila memangsa ayam? Apakah yang terberi sebagai yang mampu membunuh adalah yang jahat?

0
Share
Sebuah contoh simpel dari Prof. Kattsoff mengenai perdebatan makna kata.

Pada suatu hari seorang pemuda bertanya kepada temannya. Begini pertanyaannya:
“Apabila ada sebuah pohon yang tumbang di tengah hutan dan tak ada seorang pun yang mendengarnya, adakah bunyinya?”

Jika kita menjawab ‘tidak’, maka barangkali kita memberikan makna pada ‘bunyi’ sebagai apa yang didengarkan oleh orang. Dan jika kita menjawab ‘ya’, maka mungkin kita memiliki definisi yang sama dengan para fisikawan yang mendefinisikan ‘bunyi’ sebagai struktur getaran gelombang suara.

Seperti kata Merleau-Ponty, fenomenolog Prancis kontemporer, bahwa manusia dikutuk dalam jejaring makna. 

0
Share
Hari Kartini, harinya para perempuan, harinya mereka berteriak EMANSIPASI, berusaha mengelabui gendernya sendiri. Kenapa?  Karena semangat kartini sekarang cenderung kehilangan arah,  sebagian keinginan bukan untuk setara, tapi ingin gendernya lebih unggul. Terlena sama yang namanya diperlakukan istimewa, dengan jargon Ladies First yang menjadi boomerang yang berarti bahwa perempuan adalah kaum yang lemah. Mendahulukan seseorang untuk mendapatkan keistimewaan bukan gender yang menjadi tolak ukur, melainkan orang-orang seperti ibu hamil, penyandang disabilitas atau lansia, jadi sekali lagi bukan gender.


Memberhalakan sesuatu, apalagi sampai mensakralkan suatu gender tertentu, itu sama sekali enggak baik, hidup jadi enggak asik, terlalu dibawa serius, butuh yang namanya piknik bareng. Mari kita setara, mari kita mencinta, tanpa adanya jeda, layaknya Adam & Hawa, Yoko & Lennon, Upin & Ipin atau Siti & Nurbaya (tapi pak…), dan... Ariel dan erm.. cewek(-cewek)nya.

Semoga emansipasi tidak menjadikan wanita tidak perhatian dengan pria, termasuk hobi nge-Friendzone-in. Ingat, kartini yg baik adalah kartini yg tidak php in cowok.

Anyway, Selamat Hari Kartini. Terutama buat cewek-cewek yg suka lemes buka tutup botol di depan cowok, padahal mah kalo di rumah nyervis knalpot Fuso aja enteng.

0
Share
Postingan Lama Beranda

About Me

biasa saja.

Pojok Linimasa

Tweet oleh @irfan_hf

Label

  • Catatan Harian
  • Cerpensek
  • Critical Review
  • Insight
  • Life Guide
  • Opini Pribadi
  • Pro-Tips
  • Review

Popular Posts

  • [Review] Phrodi Pod-007 a.k.a. JIMBON (IEM bersuara WOW dengan harga terjangkau)
  • Sensasi Ngepet
  • Esensi Kebahagiaan
  • [Review] Paprika (2006) - This Japanese animation will make you go “what the f*ck?”
  • Menuju Kehidupan No Life
Diberdayakan oleh Blogger.
Copyleft © 2014 - Blog Seadanya

Desain ulang oleh IHF, modifikasi dari IHF